MALIK IBRAHIM WALI SONGO DAN PENGUASA OTORITATIF ISLAM PERTAMA DI TANAH JAWA

“Pimpinan Redaksi Media Rajawali Siber Mengucapkan Terimakasih Atas Kepercayaan Tim Riset Penulis dan Tim Ekspedisi Walisongo PWI JATIM”

(STUDY HUBUNGAN NISAN TIPOLOGI CAMBAY PASAI-GRESIK)

DALAM JALUR REMPAH NUSANTARA, INDONESIA

Tim Riset dan Penulis:

H. SARIAT ARIFIA
ASLIM AKMAL
MUKHTAR ZAEDIN
MUNAWIR
MIZUAR

Tim Ekspedisi Walisongo PWI JATIM
KRT Haryo Seto
Nurul Yaqin
Hafidz Ardiansyah

 

Media www.rajawalisiber.com – Malik Ibrahim di kenal sebagai bagian dari salah satu tokoh penting penyebar Islam pertama di tanah Jawa yang di sebut sebagai Wali Songo. Tempatnya sampai sekarang ramai di ziarahi oleh berbagai kalangan. Malik Ibrahim juga di kenal sebagai Sunan Gresik, yang merupakan penguasa otoritatif Islam pertama di Jawa yang memulai mengembangkan Gresik menjadi bandar pelabuhan Islam pertama di Jawa pada abad 15. Pada abad 16, Pires mencatat Gresik menjadi Bandar terbesar di Jawa sementara Samudra Pasai sebagai bandar pelabuhan terbesar di Sumatra. Kedua pelabuhan terbesar di kepulauan Nusantara ini tentunya saling berkaitan.

Selain keduanya bagian dari Bandar utama “Jalur Rempah” Nusantara, Secara arkeologis, nisan Malik Ibrahim yang berbahan marmer putih, bertipe cambay dan memiliki epigrafi penuh memiliki persamaan dengan nisan nisan yang setipe di Pasai atau sekarang berada di Lhokseumawe, Aceh Darussalam.

Penelitian primer di lapangan di lakukan, baik di Pasai maupun di Gresik untuk membuka tabir dan merekonstruksi ulang sejarah Malik Ibrahim secara arkeologis dan mengkaitkannya dengan keterangan sezaman dan cerita tutur yang berkembang di Masyarakat sehingga bisa terlihat jelas.

I. PENDAHULUAN

Islam menjadi stimulus lahirnya kota-kota pelabuhan di Jalur Rempah Nusantara, dimana dalam hal ini Samudera Pasai berperan dalam pembentukan jaringan perdagangan dan agama di Jawa. Kajian pembentukan Jaringan Perdagangan Sumatera Samudera Pasai dilakukan oleh Hall (2017) dengan fokus pertumbuhan Samudera Pasai sebagai pusat perdagangan di kawasan Selat Malaka abad XIV dan XV yang bergantung pada jaringan lokal antara hulu dan hilir, dimana. hasil produksi dari hulu terutama lada, kapur barus, dan benzoin diperdagangkan melalui pelabuhan pesisir yang terhubung dengan pasar India dan Cina. Sementara, Studi Nurjannah, dkk (2017) mengungkapkan tentang aneka berbagai mata uang emas dan 33 permakaman Islam abad XIV dan XV. Sebagian dari makam tersebut masih utuh dengan kaligrafi Arab pada nisan-nisan yang berisi nama tokoh dan tahun kematiannya¹, Pada tahun 1514, Tome pires memberikan keterangan bahwa Samudra Pasai Kerajaan Islam terbesar di Sumatra merupakan Bandar Pelabuhan terbesar di Sumatra, dan sementara di jawa, Selain di kenal sebagai Pelabuhan orang orang kaya Gresik merupakan bandar Pelabuhan terbaik di Jawa dimana Tome Pires memberikan klasifikasi pembagian

_____________

THE SPICE ROUTE AND ISLAMIZATION OF THE NUSANTARA ARCHIPELAGO: SAMUDERA PASAI NETWORK IN THE XIII–XVI, Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 23 No. 3 Tahun 2021, Abd. Rahman Hamid, page 281

pelabuhan sebagai berikut. Pertama, pelabuhan orang-orang Islam. Kedua, pelabuhan orang-orang pagan, dan ketiga, pelabuhan milik putra Guste Pate Blambangan. Adapun Pelabuhan Gresik adalah milik orang orang Islam² .

Asal muasal tentang Pelabuhan Gresik di kaitkan dengan malik Ibrahim atau sering disebut dengan sebutan Maulana Malik Ibrahim yang di anggap bagian dari Wali Songo, dimana Malik Ibrahim sudah mahsyur di kenal bukan orang pribumi, namun sebagai pendatang atau Orang Asing yang di angkat oleh Raja Jawa sebagai Syahbandar di Gresik.

– Babad Gresik mengkisahkan pula bahwa sejak saat itu semakin banyak kapal yang berlabuh untuk berdagang. Pengangkatan orang asing sebagai syahbandar di pelabuhan Gresik dilakukan dengan pertimbangan yang bijaksana, sebab orang asing (syahbandar) dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang perdagangan dan hubungan internasional, terutama pengetahuan luas dalam hal Bahasa.³

Sampai hari ini Nisan kubur Malik Ibrahim dengan dua kubur disebelahnya di ziarahi oleh ribuan peziarah hal ini mengingat selain sebagai pendatang dan di angkat sebagai syahbandar, Malik Ibrahim adalah orang suci pertama Islam yang mula mula mendakwah Islam di tanah jawa atau di sebut sebagai Wali Songo⁴.

Nisan kubur Malik Ibrahim merupakan nisan kubur yang sangat spesifik dimana nisan Malik Ibrahim di Gresik di Jawa Timur merupakan salah satu nisan yang termasuk kelompok Tipologi Cambay yang paling terkenal dan tercatat dengan baik di Indonesia yang terdiri dari tiga monumen cenotaph (Penutup) persegi panjang dengan tutup datar berornamen dan dikepalai oleh pasangan batu nisan dan batu kaki melengkung yang besar.

Dari ketiga makam yang berada di komplek makam Malik Ibrahim, makam Malik Ibrahim adalah satu-satunya yang memiliki nisan yang lengkap dan penuh pahatan.⁵

Elizabeth Lambourn mengungkapkan dalam penelitiannya, bahwa Nisan Kubur Malik Ibrahim dan dua di sekitarnya sebenarnya memiliki Nisan bertipologi sama dengan 12 nisan yang berada di Samudra Pasai Aceh, sehingga total ada 15 nisan bermarmer putih dalam kurun waktu yang sama antara tahun 1406 sampai dengan 1448 yang memiliki kesamaan tipologi⁶. Penelitian praktis mengungkapkan adanya hubungan antara Nisan yang berada di Gresik dan di Pasai sebagai satu kesatuan kajian penelitian.

___________

*² Suma Oriental,

*³ PELABUHAN GRESIK PADA ABAD XIV, Ayu Gandis Prameswari, AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 1, No 2, Mei 2013, hal 66,

*⁴ Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Islamisasi Gresik Abad ke-14 M dalam Babad Gresik I Syarifah Wardah el Firdausy, dkk, The National University of Malaysia ; Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Volume 1, Nomor 1, Maret 2019, Suluk Jurnal Bahasa, sastra dan budaya,

*⁵ From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. Page 225

*⁶ From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. Page 222

 

Hubungan antara Nisan Pasai dan Gresik pertama kali dibuat oleh Snouck Hurgronje dalam pidatonya tahun 1907, isi paparan pertama di buat berdasarkan pengamatan Ph. S. van Ronkel.⁷

Kemudian pada tahun 1912 sarjana Belanda Jean-Pierre Moquette menerbitkan artikel seminarnya ‘De grafsteenen te Pase´ en Grisee vergeleken met dergelijke monumenten uit Hindoestan’ atau ‘Batu nisan Pasai dan Gresik dibandingkan dengan monumen serupa dari Hindustan’. Dalam makalah ini Moquette menerangkan bahwa satu kuburan untuk memperingati putri Sultan Zayn al-‘Abidin dari Pasai (w. 831/1428) dan milik Malik Ibrahim (w.822/1419) dari Gresik di Jawa Timur telah diimpor ke Asia Tenggara dari pelabuhan Cambay di Gujarat sebagai produk jadi.⁸

Sebagai Satu Kesimpulan penelitiannya, Kelompok tipologi nisan Cambay di Indonesia merupakan salah satu kelompok ukiran marmer Cambay yang terpenting di luar pelabuhan di India mengingat rata rata sudah langka dan punah. Keberadaan Nisan di Pasai, yang menunjukkan pengerjaan lokal menunjukkan jejak fisik yang langka dari budaya material Kesultanan Samudera-Pasai. Makam Cambay adalah beberapa pahatan batu terbaik yang tersedia bagi para pelanggan Muslim di mana pun di dunia Islam. kehadiran nisan ini di Samudera-Pasai dan Gresik oleh karena itu menunjukkan adanya pelanggan yang mampu membayar ongkos pengerjaan yang tinggi.⁹

Penelitian tentang pembacaan epigrafi seluruh nisan bertipologi Cambay dan Marmer di Pasai juga di lakukan secara ekstenstif oleh Tengku Taqiyudin Muhammad. Sejumlah batu nisan marmer yang berada di wilayah Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, merupakan prasasti, atau dokumen resmi Kerajaan, dimana Kreativitas seni pahat marmer yang berasal dari Kambayat, di India, sampai ke Samudra-Pasai untuk mengalami perkembangan baru lewat inovasi-inovasi yang dipengaruhi lingkungan budaya dan alam setempat alias Produk Lokal. Sejumlah tokoh besar dalam sejarah telah diabadikan lewat batu nisan/tugu makam marmer. Tanpa karya-karya ini, sulit dibayangkan berbagai informasi tentang tokoh-tokoh tersebut akan sampai ke masa sekarang.¹⁰

Menindaklanjuti penelitian penelitian sebelumnya, maka penelitian ini secara spesifik mengurai Tokoh Malik Ibrahim dengan perbandingan Tokoh yang berada di Pasai melalui nisan tipologi cambay yang ada dan mengeksplorasi lebih mendalam tafsiran tentang siapakah Malik Ibrahim dan bagaimana relasinya dengan tokoh yang berada di Pasai.

____________

*⁷ From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. Page 252

*⁸ From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. Page 222

*⁹ From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. Page 250

*¹⁰ Kajian Batu Nisan Marmer Samudra-Pasai Taqiyuddin Muhammad (Peneliti Sejarah Kebudayaan Islam), Mapesa, 2023, dalam proses penerbitan buku

– METODE PENELITIAN: Untuk mengerjakan penelitian ini digunakan Metode penelitian kualitatif dan berpijak pada grounded research/theory (metode Strauss dan Corbin) berdasarkan kepada pendekatan yang di sebut oleh Prof Dr Muarif Ambary Indo Islami arkeologi. Pada Garis besarnya, pendekatan ini di gunakan untuk membuat teori baru bukan untuk mengkonfirmasi apa yang sudah ada.

Data sejarah yang akan di produksi bisa sangat berbeda dengan apa yang sudah beredar dan berakar di masyarakat.

Dalam melakukan penelitian, Metode ini meliputi lima tahapan kerja, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Heuristik adalah mencari dan mengumpulkan sumber.

Sumber diperoleh melalui kajian Pustaka. Setelah itu maka kemudian pada tahap ke dua, di lakukan juga kunjungan ke Pasai (Lhokseumawe), Aceh dan Gresik, Jawa Timur dan juga metoda iteratitif, yakni kunjungan tidak hanya di lakukan sekali namun selama beberapa kali untuk. melakukan pengambilan dokumentasi di lapangan dan guna memperoleh keyakinan yang lebih meyakinkan. Setelah itu di dilakukan kritik dan interpretasi ulang.

Terakhir adalah tahap penulisan berdasarkan temuan di lapangan dan yang Upaya membentuk historiografi baru berdasarkan temuan di lapangan guna menyambungkan antara proses Islamisasi yang terjadi di Pasai dengan yang terjadi di Gresik, sebagai bagian dari satu wilayah negara yang sekarang di sebut sebagai Indonesia.

– HASIL DAN PEMBAHASAN: 1. Keberadaaan Nisan Marmer di Indonesia, khususnya tipologi Cambay Gresik dan Pasai

Gambar Nisan Marmer di Pasai dan Gresik, Indonesia 1413-1448

Penyusunan Nisan marmer yang dapat kami dokumentasikan total adalah 15 nisan, dimana 12 nisan berada di Pasai dan 3 lagi berada di Gresik. 10 Nisan di Pasai memuat keterangan yang jelas nama dan tanggal kematian, sementara di Gresik memuat hanya 1 nama yang memiliki keterangan lengkap yakni Malik Ibrahim dan satu separuh tanpa nama dan tahun kematian dan satu lagi masih dalam keadaan kosong.

Berikut ini tabel singkat berisi tabulasi dari nisan yang memiliki keterangan inskripsi berdasarkan timeline kematian, baik di Pasai maupun di Gresik:

Secara kasat mata, Nisan berpilar sejenis pada awalnya bisa di lihat pada nisan Nisan Abdullah Al Abbasy, kemudian Malik Ibrahim dan juga nisan yang ada di Gresik dan paling akhir pada Nisan Malikah Nahrasyiah. Sementara nisan untuk model pilar dengan model lotus yang kuncup adalah, Sayid Hasan bin Ali, Khan, kemudian nisan x tanpa nama di kubur kuta krueng.

Setelah itu pilar semodel lagi adalah nisan Sultan Zainal Abidin bin Ra-barzadani (?) Zainul ‘Abidin bin Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Al-Malik Ash-Shalih dan nisan Padaka (Paduka) Situl ‘Alam binti Sultan Ahmad.

Di antara seluruh nisan nisan marmer Pasai Gresik ini, berdasarkan pengamatan, nisan malik Ibrahim beserta nisan di sampingnya, yang di tuliskan Sayyidah Fatimah dengan nisan Malikah Nahrasyiah merupakan nisan yang paling memiliki kemiripan ornamen dan dekorasi sehingga menjadi sub pokok pembahasan tersendiri.

 

Gambar Tutup Senotap Marmer dengan ornamen kande

*¹¹ Nineteenth-century ink drawing of the headstone and cenotaph of Malik Ibrahim (d. 822/1419), Gresik (Photograph courtesy of the British Library, WD 958, From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. Page 261

 

Senotap atau suka di sebut Tugu makam peninggalan sejarah Islam, seperti yang dijumpai di banyak tempat di Aceh, terilhami oleh bentuk kubur dalam Islam. Istilah cenotaph sendiri pada dasarnya mengandungi makna: kubur kosong. Dalam Bahasa Arab disebut Al-qabrul Ajwaf (القبر األجوف), yakni kubur di mana jenazah tidak dikuburkan di dalamnya, tapi di tempat lain.

Berdasarkan pengalaman di lapangan, semua tugu makam marmer di Kecamatan Samudera tepat untuk disebutkan sebagai cenotaph. Tugu-tugu makam itu dibuat khusus sebagai suatu

penghargaan dan pengingat, sementara jasad telah dikuburkan dalam kubur lain di dekatnya dengan batu nisan bertipologi Syumuthrah (Samudra-Pasai). Hal inipun juga berlaku pada makam nisan Malik Ibrahim di Gresik¹² Senotap utuh bergambar kande atau kandil ini bisa ditemukan persamananya di Pasai dan di Gresik. Perlu di ketahui bahwa, senotap utuh ini adalah merupakan salah satu barang langka sehingga keberadaan senotap dengan kande dalam kondisi untuk ini merupakan hal mewah, dimana perlu di pertahankan keberadaannya agar detail detail panel dan bacaan tersebut tidak rusak akibat perawatan yang keliru.

Bagian lain penting untuk di perhatikan adalah bagian nisan kaki yang memuat gambar gambar bunga, dimana interpretasi Lambourn tentang kaitannya dengan pembuatannya yang di lakukan di Cambay, mendapatkan hipotesis berbeda dengan argumentasi yang kuat dari hasil penelitian Taqiyudin Muhammad. Fakta, ketidak beradaan alat pengambil gambar seperti masa kini membuat seniman secara kasat mata hanya bisa membuat gambar ukiran seperti “pohon pisang” hanya apabila berada di alam lingkungannya, apalagi pada masa itu belum ada mesin pemahat, semua di kerjakan secara manual. Oleh karena itu Kreativitas seni ini dikerjakan dan diperkenalkan pertama sekali di Syumutrah (Samudra Pasai) oleh para seniman Kambayat yang berhijrah di sekitar permulaan abad ke-9 Hijriah (ke15 Masehi).

Ini dikerjakan baik dengan bahan baku yang dibawa bersama mereka maupun yang didatangkan kemudian hari.¹³

Pernyataan ini penting dengan fakta bahwa di Gresik sendiri masih terdapat nisan nisan yang pengerjaannya belum selesai, di samping juga ukiran bagian nisan kaki terlihat masih kosong.

Sehingga bisa di duga bahwa pengerjaan Gresik sangat bertumpu kepada pengerjaan akhir dari Pasai. Mengingat, Malik Ibrahim adalah sebagai penguasa otoritatif pertama di Jawa.

Untuk lebih mengetahui detail, berikut adalah peta sebaran nisan marmer tipologi cambay, secara umum di dunia dan secara khusus di Pasai dan Gresik

____________

*¹² Taqiyudin Muhamad, Kajian Batu Nisan Marmer Samudra-Pasai Taqiyuddin Muhammad (Peneliti Sejarah Kebudayaan Islam), Mapesa, 2023, dalam proses penerbitan buku

¹³ Taqiyudin Muhamad, Kajian Batu Nisan Marmer Samudra-Pasai Taqiyuddin Muhammad (Peneliti Sejarah Kebudayaan Islam), Mapesa, 2023, dalam proses penerbitan buku

PETA SEBARAN NISAN MARMER DI PASAI DAN GRESIK

Melihat Peta penyebaran ini, maka kita bisa membuat satu kesimpulan bahwa secara Faktual, nisan di Gresik berelasi kuat dengan Pasai yang otomatis, menghubungkan kekuatan penyebaran Islam secara otoritatif dimana di tempat tempat lain di Kawasan Asia, hal ini termasuk apabila di kait kaitkan dengan pernyataan bahwa Malik Ibrahim berasal dari campa, yang di asosiasikan dengan Kamboja ataupun dengan Vietnam saat ini. Gambar peta penyabaran ini, dengan melihat fakta sebaran, kemampuan pembuatan inskripsi dan ragam detail nisan di Pasai, hanya memastikan bahwa nisan nisan tipologi Cambay di Gresik dalam otoritas Islam di Pasai.

____________

*¹⁴ Gambar Peta merupakan modifikasi berdasarkan Peta Nisan Sebaran Cambay Elizabeth Lambourn, Peta nisan cambay di pasai oleh taqiyudin muhammad, Map. Distribution of Cambay marble carving around the Indian Ocean, late thirteenth – mid fifteenth centuries C.E. From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. halaman 289.2.

 

Pembacaan Epigrafi Malik Ibrahim dan nisan marmer Gresik

 

Pembacaan sesuai gambar tabel di atas

Pemaknaan pada Epigrafi

a. Pemaknaan Ayat ayat Al Quran pada Nisan Malik Ibrahim Ayat-ayat al-Qur’an yang menghiasi nisan Malik Ibrahim di awali sebagian besar berhubungan erat dengan ketauhidan. Dalam hal ini, inilah pembedaan antara Islam dengan ajaran keyakinan lainnya. Memulai islam artinya adalah dengan mengesakan bahwa Allah itu satu, dan dalam keesaannya itu terdapat sifat sifat yang maha mulia.

Siapa saja yang mengikuti ajakan ini, keluar dari penyembahan berhala, sebenarnya orang ini telah mengikuti jalan yang lurus.

Hal ini menggambarkan tentang bagaimana pribadi Malik Ibrahim bahwa dia adalah insan yang sangat beriman kepada Allah SWT, yang mengajak kepada ajaran Islam.

Mengesakan Tuhan dan sebagai balasannya, di sertakan juga ayat ayat surat at-Taubah ayat 21-22 disematkan dalam nisan Malik Ibrahim. Ayat ini mengandung pengharapan yang sangat besar terhadap pembalasan kepada Malik Ibrahim karena dia dikenal sebagai seseorang yang meninggal secara syahid, menjadi kebanggan para penguasa, sangat mencintai fakir miskin, dan mendarmabaktikan seluruh hidupnya untuk agama dan negara. Atas semua kebaikannya tersebut semoga Allah SWT akan menggembirakannya dengan memberikan rahmat-Nya, keridaan dan surga yang di dalamnya terdapat kesenangan yang kekal (abadi). Inilah kehidupan yang abadi

b. Pemaknaan Kata Malik Ibrahim

Makam berinskripsi malik pertama di Indonesia, di temukan pada Makam Al Malik As-shalih di Pasai, dengan deskripsi yang menyerupai dengan Malik Ibrahim, yakni Malik As Shalih berasal dari keluarga terhomat dan memiliki silsilah terkenal, dan memiliki sifat penyantun, menyanyangi orang lemah dan tidak berdaya.¹⁵

Nisan malik malik sebelumnya yang di temukan di kawasan sumatra Misalnya, bisa di lihat pada tabel berikut:

____________

*¹⁵ Daulah Shalihiyyah di Sumatera, Taqiyuddin Muhammad, cetakan kedua , mei 2015, Cisah, Hal 92-96.

*¹⁶ Data dari Mapesa, berdasarkan data penelitian lapangan selama 10 tahun

 

Gelar Malik ini karenanya merupakan gelar yang terkait dengan gelar gelar otoritas Islam, walaupun darimana asalnya masih berupa dugaan dugaan¹⁷.

Malik pada umumnya berarti pemimpin satu wilayah, gubernur bahkan raja. Gelar gelar malik Ibrahim karenanya merupakan gelar penguasa otoritatif, bukan pedagang.

Fakta pada epigrafi menunjukkan bahwa tidak ada pemberian gelar di dalam epigrafi nisan yang menunjukkan Malik Ibrahim adalah seorang pedagang, Epitaf pedagang abad keempat belas dan kelima belas dari Cambay, biasanya memuat kata Malik al-Tujjar ‘Raja para pedagang’, Mufakhr al-Tujjar ‘Kebanggaan para pedagang’, Sultan al Nawakhudah ‘Sultan para Ahli Kapal’ dan seterusnya, . Sebaliknya dia disebutkan dalam istilah yang mengasosiasikannya secara langsung dengan sistem kekuasaan Islam yang mapan, dia adalah seorang Amir atau bangsawan, ‘Kebanggaan Bangsawan’, dan ‘Pendukung Sultan dan Wazir’18. Oleh karena itu sumber primer dari Nisan Malik Ibrahim sendiri memberikan gambaran bahwa Malik Ibrahim adalah penguasa Islam otoritatif pertama di Tanah Jawa.

Bukan seorang pedagang. Cerita cerita babad yang mengedepankan Malik Ibrahim sebagai pedagang karenanya merupakan sumber berita yang dibuat belakangan bukan pada zamannya.

Ibrahim sendiri merupakan nabi yang menolak pemberhalaan terhadap patung patung (Qs Al Anbiya 21:51-54). Ibrahim karenanya di kenal sebagai seorang yang lurus. Hanif.

Dan mengajak orang kepada Tauhid. Nama Ibrahim adalah perlambang peletak dasar ketauhidan. Nabi Ibrahim sendiri dikenal sebagai bapak peletak dasar dasar ketauhidan bagi Islam, dalam hal ini Malik ibrahim di kaitkan sebagai peletak dasar dasar ketauhidan di Pulau Jawa.

c. Bin dan Maulana pada Epigrafi Malik Ibrahim Pada makam Malik Ibrahim faktanya adalah tidak dituliskan bin atau keluarganya.

Ketiadaan pahatan garis keturunan atau nasab (yakni: Malik Ibrahim bin/putra fulan) oleh Elizabeth Lambourn, membuka kemungkinan bahwa ia adalah mualaf generasi pertama¹⁹.

Berdasarkan tabel nisan tipe cambay Pasai dan Gresik, dari seluruh nisan tipe cambay, ada dua nisan yang tidak memiliki bin atau nasab yang pertama adalah Malik Ibrahim dan yang kedua adalah Raja Khan. Penulisan bin sendiri di berbagai nisan di Pasai sangat lumrah dan banyak di temukan. Tidak ada peluang untuk membuka interpretasi melalui tulisan tulisan nasab yang di kaitkan dengan catatan dari tempat lain, karena tulisan ini sendiri sangat jelas di pahat di nisannya.

_______________

*¹⁷ Daulah Shalihiyyah di Sumatera, Taqiyuddin Muhammad, cetakan kedua , mei 2015, Cisah, Hal 90

*¹⁸ From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. halaman 226

*¹⁹ From Cambay to Samudera-Pasai and Gresik- The export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra and Java in the Fifteenth Century C.e, Indonesia and the Malay World, Vol. 31, No. 90, July 2003, ELIZABETH LAMBOURN. halaman 225

 

Satu contoh penguasa yang sangat jelas nasabnya adalah ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdul Qadir bin Yusuf bin ‘Abdul ‘Aziz bin Al-Manshur Abu Ja’far Al-‘Abbasiy AlMustanshir bi-llah, kemudian ada juga orang alim yang menjadi keturunan nabi yang sangat menggetarkan Jiwa karena seperti halnya Syaikh Besar Wali terkenal yakni Abdul Qadir Al jailany, dimana nasabnya bertemu kepada Hasan dan husein, Namanya adalah Sayyid ‘Imaduddin ‘Ali bin Sayyid ‘Izzuddin Ishaq Al-Husainiy Al-Hasaniy.

Peletakan bin ini di ukir dan tentunya merupakan dokumen resmi Kerajaan.

Walau demikian, di Lamuri, kebiasaan berbeda berlaku di Lamuri, Epitaf pada nisan makam Malik Syamsuddin, selain tidak menyebutkan nama, juga tidak menyebutkan nama ayah atau apa pun pengenal tambahan lainnya (kuniyah atau nisbah kepada suatu tempat atau negeri).

Hal yang sama juga teramati pada setiap nisan makam malik (raja) yang memakai gelar yang di-idhafat-kan kepada Ad- Din sehingga Mapesa mengira bahwa hal ini di mungkinkan karena mereka memang sudah cukup terkenal dengan gelar tersebut sehingga dirasa tidak perlu menambah apa pun pengenal lainnya²⁰.

Hal ini berkesesuaian dengan imbuhan Maruf, dikenal, baik pada Raja Khan atau Malik Ibrahim. Orang orang ini sudah sangat mahsyur pada zamannya sehingga tidak diperlukan pengenal tambahan lainnya.

Fakta lain mengkaitkan rangkaian kalimat ayat ayat Al Quran secara menyeluruh, Malik Ibrahim, berbeda dengan kemungkinan merupakan seorang Mualaf, sebaliknya dia adalah penyeru orang untuk masuk kedalam islam.

d. Permasalahan Ki Saka Pati Bantal Salah satu inti permasalahan dari pembacaan nisan Malik Ibrahim adalah gelar Ki saka Pati Bantal, Salah satu bagian epigrafi yang menjadi misteri terbesar adalah kalimat yang menghubungkan kalimat dengan kata maruf bil, atau dikenal, artinya malik ibrahim dalam kegiatan sehari hari di tempat itu di Gresik tidaklah di kenal sebagai Malik Ibrahim, dia dikenal dengan sebutan yang berbeda yakni Ki saka Pati bantal²¹.

Lambourne, mengungkapkan ketidakpastiannya bahwa tiga kata berikut termasuk kata Jawa “kaki”, sebuah julukan kehormatan yang secara harfiah berarti ‘kakek’ atau ‘ayah’ dan digunakan untuk orang terhormat, dan pati, kata Jawa lain yang berarti ‘pangeran’, yang berarti ‘ayah dan pangeran’²².

Pada nisan tipe cambay lain, yakni malikah Nahrasyiyah, Taqiyudin mengkaitkan gelar Ra-Bakhsyakhadiyu berarti Ratu yang pemurah mengacu kepada kalimat bakhsy

_______________

*²⁰ Keterangan mapesa berdasarkan kegiatan di lapangan selama 10 tahun, tidak di publish dalam jurnal ilmiah

*²¹ From cambay to samudera-pasai and Gresik-the export of Gujarati grave memorials to Sumatra and Java in the fifteenth century C.E, Indonesia and the malay world, vol 31, no 90, July 2003. Page 225

*²² From cambay to samudera-pasai and Gresik-the export of Gujarati grave memorials to Sumatra and Java in the fifteenth century C.E, Indonesia and the malay world, vol 31, no 90, July 2003. Page 226

 

berasal dari kata Persia yang berarti pemurah; dan khadiyu berasal dari kata Persia khidiv (w) berarti raja, menteri, tuan²³.

Sementara, Sultan Zainal ‘Abidin digelar dengan Ra-Ubabdar yang berarti penakluk gelombang. Ra: kata imbuhan pada setiap awal nama dalam satu dialek bahasa di kawasan Asia Tengah; ubab dan ‘ubab berasal dari kata Arab: gelombang air yang besar dan tinggi;180 dan dar: kata imbuhan Persia pada ujung nama berarti pemilik, penguasa, pemegang, penanggungjawab’, Gelar ini, tampaknya, sudah disandang Zainal ‘Abidin sebelum ia menaiki tahta kesultanan. Perluasan wilayah Islam di Asia Tenggara yang Ratu dipimpin Samudra Pasai pada masa pemerintahan Nahrasyiyah diyakini tidak lepas dari peran dan kiprah Zainal²⁴, Pembacaan kami yang berulang kali, kami mengkaitkan antara gelar dan situasi yang terjadi. Yang pertama, Gelar Malik Ibrahim adalah Gelar dalam islam, yang kedua adalah gelar Ki Saka, dan Yang ketiga adalah Gelar Pati Buntala adalah gelar gelar dalam bahasa Jawa.

Gelar Malik Ibrahim sudah jelas, kemungkinan yang bisa kita eksplorasi mengingat asal Malik Ibrahim dari negeri Islam, dalam hal ini berafiliasi kepada Pasai, maka Almarhum di makamkan dengan Malik Ibrahim namun di Jawa, pada tahun 1419,

belum lagi negeri berpenduduk Islam, itu sebabnya di Jawa dia di kenal dengan gelar yang lain.

Gelar ke dua yakni Ki Saka apabila di ucapkan dalam bahasa jawa menjadi Ki Soko yang bermakna orang yang di tuakan sebagai Tiang. Ki artinya adalah panggilan kepada orang orang tua yang di anggap berilmu tinggi Adapun gelar ketiga yang di sebut, sebagai pati Buntala, perlu di ketahui, Di jawa, para penguasa di sebut dengan patih²⁵, Selain pires, catatan dinasti Ming juga mencatat kedatangan utusan dari negeri Jawa yakni seorang Pati yang bernama Pati Mahmudsyah.

Adapun kata Bantala dalam kamus bahasa Jawa berarti adalah Bumi atau Tanah²⁶, namun dalam hal ini kami merujuk kepada bumi atau Buana.

Sehingga yang di maksud dengan ki soko pati bantala artinya adalah orang yang di tuakan sebagai tiang bagi para penguasa dunia. Arti pemaknaan dalam bahasa jawa ini identik dengan gelar yang di tasbihkan di dalam bahasa arab yakni “Umdatun as Salatin”. Tiang para Sultan.

e. Tanggal Kematian 12 Rabiul Awal Tanggal kematian pada hari lahir nabi ini, biasa di lakukan untuk memperingati haul seseorang yang sudah wafat. Hal ini menjadi satu kebiasaan di masyarakat Jawa.

_____________________

*²³ Daulah Shalihiyyah di Sumatera, Taqiyuddin Muhammad, cetakan kedua , mei 2015, Cisah, Hal 131

*²⁴ Daulah Shalihiyyah di Sumatera, Taqiyuddin Muhammad, cetakan kedua , mei 2015, Cisah, Hal 133

*²⁵ Suma Oriental, hal 234

*²⁶ Kamus Bahasa Jawa – Bahasa Indonesia I Sri Nardiati Suwadji Sukardi Mp. Pardi Edi Suwatno, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1993.

 

Di Pasai, Nisan wafat Sayyid Hasan bin ‘Ali juga bertanggal 12 Rabiul awal. Sebagai satu catatan, di Jawa berkembang budaya Haul yang di kaitkan dengan peringatan wafatnya Nabi.

f. Pemaknaan kata Syahid pada inskripsi Salah satu pembacaan inskripsi tertua dia Indonesia dengan perkataan assaid, asssyahid yang berbahagia dan mati sahid, di temukan pada nisan Raja Ahmad, di Cot magapi, tidak jauh dari tepi sungai Pasai. Nisan ini bertarikh 622 H/1226M, kata “ Yang berbahagia” ini digunakan sebagai ucapan penghormatan kepada seorang pembesar, sementara as syahid orang yang terbunuh fii sabilillah. Dalam hal kaitan ini di duga dengan pembebasan negeri yang belum Islam²⁷.

Konsepsi kematian yang identik istilah syahid ini biasanya berkaitan dengan kata “perang” fii sabilillah. Namun dalam Islam konsep dasarnya sebenarnya tidak ada paksaan dalam beragama. Kewajiban muslim untuk menyampaikan dawah Islam, namun bukan berarti menduduki negeri, merampas harta kekayaan dan memaksakan keyakinan Islam. Sebaliknya, justru agar tidak menjadi aral dalam melakukan dawah²⁸.

Ajakan ajak tentang menyeru kepada konsepsi Islam itu sebabnya, di muat dalam epigrafi yang tegas pada nisan malik Ibrahim. Tidak ada Paksaan dalam beragama. Dan juga memuat tentang surat Al Ikhlas, ajakan menyeru untuk menyembah Tuhan yang satu.

Sementara kata Said assyahid pada nisan marmer tipe cambay sendiri terpatri pada dua nisan marmer saja, yang pertama pada nisan Malik Ibrahim dan kedua pada nisan Malikah Nahrasyiah.

___________________

*²⁷ Daulah Shalihiyyah di Sumatera, Taqiyuddin Muhammad, cetakan kedua , mei 2015, Cisah, Hal 29-30.

*²⁸ Daulah Shalihiyyah di Sumatera, Taqiyuddin Muhammad, cetakan kedua , mei 2015, Cisah, Hal 54-55.

 

Epigrafi di samping Malik Ibrahim Sayyidah Siti Fatimah dan kaitan dengan Nyi Ageng Pinatih.

 

Elizabeth lambourne membuka kemungkinan dua senotaph Gresik lainnya ditujukan untuk anggota keluarga Malik Ibrahim, mungkin istri atau istri-istrinya.

Seperti yang dicontohkan oleh kuburan al-Kazaruni dan istrinya, penguburan istri di samping pasangannya bukanlah hal yang aneh dalam Islam. Kemiripan antara ketiga kuburan tersebut menunjukkan bahwa ini adalah makam keluarga.

Satu-satunya elemen yang tidak biasa adalah bahwa nisan kuburan ketiga sebenarnya belum selesai, hanya menyelesaikan baris pertama dari batu nisan – formula pengantar hadha qabr al-marhumah al-maghfurah al-masturah al-rajiyah ila rahmat Allah ta ala … ‘ ini adalah kuburan orang yang dipanggil ke rahmat Allah dan diampuni, yang suci, yang bergantung pada rahmat Allah yang agung …’. Penggunaan jenis kelamin feminin dalam bahasa Arab menunjukkan bahwa nisan ini diperuntukkan bagi seorang wanita penguburan, bagaimanapun, sisa dari batu nisan tidak pernah selesai dan kita hanya bisa berspekulasi mengapa itu tidak selesai. Skenario yang paling jelas adalah bahwa nisan yang dipesan belum selesai karena istri atau anggota keluarga perempuan Malik Ibrahim masih hidup; praktik ini dapat disejajarkan dengan tiga batu nisan Cambay lainnya yang dipesan dengan prasasti yang belum selesai untuk diekspor ke Dhofar di Oman pada awal abad keempat belas (Lambourn, 2003)²⁹.

Kata suci pada perempuan, sebenarnya bukan pertama kali, namun nisan nisan serupa sudah di temukan di samudra pasai dan juga bahkan di lehran.

Inskripsi wanita suci, pertama adalah pada makam yang sekarang di kenal sebagai siti Fatimah binti maimun hibatullah, sementara legenda masyarakat mengenal sebagai putri Suwari.

Nama putri Suwari berbeda sekali dengan nama dalam inskripsi. Kemudian nisan, suci, juga ditemukan di pasai.

Adapun pemaknaan perempuan suci, artinya adalah perempuan yang tidak menikah.

Perempuan perempuan tidak menikah di masa lampau, seperti biarawati, biksu

merupakan hal yang lumrah. Dalam Kisah Alquran di kisahkan tentang maryam,

*²⁹ From cambay to samudera-pasai and Gresik-the export of Gujarati grave memorials to Sumatra and Java in the fifteenth century C.E, Indonesia and the malay world, vol 31, no 90, July 2003. Page 227

 

seorang perempuan yang mendedikasikan hidupnya beribadah penuh kepada Tuhan dan tidak pernah menikah. Dalam Sekte Sufi, dikenal pula adanya Rabia al Adawiyah.

Pires mencatat bahwa banyak di antara wanita Jawa yang tidak menikah dan tetap perawan atau suci. Mereka membangun rumah di pegunungan dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya. Jumlahnya di Jawa sangat banyak. Lebih dari 100.000 wanita.

Mereka hidup dalam kesucian hingga mati. Mereka membangun rumah rumah mereka di tempat terpencil. Para pertapa wanita sama seperti pertapa laki laki, meminta makanan dengan berkah tuhan sebagai balasan³⁰.

Oleh karena itu mengingat kenyataan ini, maka nisan disebelah Malik Ibrahim kami berpendapat bukanlah istrinya namun anaknya perempuan dan sampai ia wafat ia tidak melakukan pernikahan.

Apabila melihat dari logika pemesanan Nisan malik yang tentunya di pesan setelah tahun kematiannya dan juga keberadaan tentang seorang perempuan yang tidak memiliki anak dan suami, dalam membangun bandar gresik yang sangat kaya raya,

maka nisan di sebelah malik Ibrahim itulah sebenarnya nisan Nyi Ageng Pinatih yang sekarng di tulis dengan tulisan di kerudung Siti Fatimah.

4. Perbandingan Nisan Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiah

Perbandingan dan pengamatan khusus antara nisan Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah merupakan satu keharusan mengingat dari berbagai tipe nisan cambay yang berada di Gresik dan Pasai, keduanya memiliki nisan yang ornamen dan modelnya kembar identik. Di tambah

____________________

*³⁰ Suma Oriental, hal 247

 

lagi kedua nisan ini satu satunya nisan tipologi Cambay di Kawasan Nusantara yang memiliki gelar penguasa dan berada dalam satu time line yang berkelanjutan.

Berikut ini adalah data dari

perbandingan yang telah di buat:

1. Perbandingan Ayat al-Qur’an dan Kalimat lain yang Disematkan pada Nisan Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah

 

Khat atau tulisan masing-masing ayat di atas baik pada nisan Malik Ibrahim maupun nisan Malikah Nahrasyiyah memiliki kesamaan jenis dan karakter, yaitu Tsulus Jaly dan Khufi.

2. Identitas Nisan

Meski memiliki banyak kesamaan dalam penyematan ayat-ayat al-Qur’an antara kedua nisan, tetapi jumlah kolom atau kotak yang terdapat pada nisan, baik Malik Ibrahim maupun Malikah Nahrasyiyah tidak sama. Kolom pada nisan Malik Ibrahim berjumlah lebih sedikit dari kolom nisan Malikah Nahrasyiyah. Kolom nisan Malik Ibrahim berjumlah 12 buah kolom sedang Malikah Nahrasyiyah berjumlah 16 buah kolom. Kolom yang digunakan untuk menuliskan identitas, baik nama maupun gelar untuk Malik Ibrahim terdiri dari tiga kolom. Sedangkan untuk Malikah Nahrasyiah dua kolom.

Sebagai satu catatan, Ratu Nahrasyiyah juga memiliki gelar yang sama dengan

3. Masa Kewafatan Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah

Khat atau tulisan masing-masing identitas makam di atas baik pada nisan Malik Ibrahim maupun nisan Malikah Nahrasyiyah memiliki kesamaan jenis, yaitu Tsulus. Meski terdapat kesamaan jenis khat antara ayat-ayat al-Qur’an dan identitas makam, namun jenis maupun karakter tulisan pada identitas makam sedikit agak berbeda. Sepertinya tulisan identitas makam tersebut bukanlah produk dari Cambay India, namun dibuat oleh penduduk yang berada di sekitar tempat keduanya bermukim yang memiliki keahlian seni pahat kaligrafi.

4. Makna Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah

Asal bahasa dan arti kata malik bisa berbeda tergantung penulisan aslinya dalam bahasa Arab.

Maalik (مالك) berarti penguasa atau pemilik, sedangkan jika di depan huruf mim tidak diberi huruf alif ma-nya dibaca pendek menjadi malik (ملك) yang berarti raja.

Keduanya diturunkan dari akar kata (ك – ل – م / m – l – k) yang beberapa kali digunakan dalam al-Qur’an di mana kata malik dalam bahasa Arab artinya raja. Dan dalam inskripsi nisan Malik Ibrahim kata malik tertulis (مالك). Jika merujuk dari pengertian tersebut, maka nama Malik Ibrahim berarti seorang penguasa yang bernama Ibrahim.

Sedangkan kata malikah merupakan isim mu’annas (kata untuk penamaan perempuan) yang berasal dari kata malik. Namun penulisan kata Malikah dalam inskripsi nisannya kata malik tidak menggunakan huruf alif di depan mim, الملكه (al-Malikah).

Kata alMalikah dalam hal ini berarti ratu. Al-Malikah Nahrasyiyah bermakna seorang ratu yang bernama Nahrasyiyah.

Secara prinsip antara kata malik dan malikah tidak terlalu berbeda. Keduanya sama-sama menggambarkan sebagai penguasa, raja dan ratu. Yakni kepala pemerintahan yang menguasai suatu daerah yang dipimpinnya.

5. Gelar Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah

Akhir kalimat pada kotak kedua yang bersambung dengan awal kalimat pada kotak ketiga nisan dari bawah tertulis dengan sangat jelas nama dan gelar Malik Ibrahim :
Malik Ibrahim dikenal kebaikannya dengan Ki Saka Pati) بَاتِي بَْنتَْلَماِلْك اِْبَراِهْيَم اَْلَمْعُروُفِكىَسَكا
Bantal)

Sedangkan pada nisan Malikah Nahrasyiyah tertulis kalimat :

Akhir kalimat pada kotak ketiga dari bawah tertulis nama dan gelar Malikah Nahrasyiyah yang berbunyi
ي (Nahrasyiyah yang dijuluki Ra Bakhsya Khadiyyu)
نَْهَراِشيَْه اَْلُملَقَبَةَُرا بَْخَشاَخاِد

6. Pemaknaan gelar Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah Antara Malik Ibrahim dan Malikah Nahrasyiyah keduanya sama-sama memiliki sifat-sifat kepribadian sangat mencintai orang-orang yang lemah (dhu’afa) dan fakir miskin.

Pada nisan Malik Ibrahim, sebelum penyematan gelar Ki Saka Pati Bantal ditulis sifat-sifat kepribadiannya. Kalimat tersebut berbunyi :

(pecinta fakir miskin)ِلُمِحُّب اْلَمَساِكْيْنَواْلفُقََراِء

Sementara Malikah Nahrasyiyah bergelar Ra Bakhsya Khadiyyu yang artinya penguasa yang pemurah.

Gelar tersebut tidak hanya bermakna sebagai penguasa yang pemurah kepada para dhua’afa saja tetapi bisa lebih luas lagi. Sifat-sifat keibuan Nahrasyiyah terasa lebih mendominasi kepribadiannya pada saat dia menjabat sebagai penguasa dan menjalankan pemerintahannya.

Nahrasyiyah sangat memperhatikan kesejahteraan seluruh masyarakatnya, lebih-lebih kepada para dhua’afa.

Sebagai kesimpulan general, dari berbagai kesamaan deskripsi, ornamen, bentuk, yang ada pada kedua nisan ini sangat sulit untuk mengatakan kedua nisan ini tidak berhubungan.

Jelas, kedua nisan ini memiliki hubungan erat dan saling terhubung.

Sebagai satu kesimpulan yang menarik dari pengamatan kedua nisan mewah ini adalah, apabila kita membuat suatu premis a yang pertama pada nisan Malikah, dimana tertulis bahwa ayah Malikah Nahrasyiyah adalah seseorang yang di gambarkan sebagai Seorang yang Syahid, berbahagia yaitu Sultan Zainal Abidin bin Sultan Ahmad bin Sultan Muhammad bin Al Malik As-Saleh.

Sementara pada Nisan Malik Ibrahim adalah premis b, dimana di tuliskan bahwa dia adalah seorang yang Syahid dan berbahagia. maka Dari Sini, kita bisa menariksatu hipotesis bahwa Ayah Malikah Nahrasyiyah adalah Malik Ibrahim, dan yang di maksud dengan Malik Ibrahim sebenarnya adalah Sultan Zainal Abidin dari pasai.

Mengingat kita semua sudah mengetahui bahwa pengerjaan dan koordinasi dari nisan ini berada di Pasai, maka kita tidak terkejut dengan kesimpulan ini, pemberian gelar gelar antara satu tempat dengan tempat lain juga sudah menjadi kebiasaan pada masa itu.

Perlu di ketahui bahwa, berdasarkan penelitian Mapesa nisan ayah Nahrasyiyah sejauh ini yang di maksud belum di temukan³¹.

5. Pencahayaan Sejarah Malik Ibrahim, masuknya Islam ke tanah Jawa dan kontekstualitasnya seiring berkembangnya Jalur Rempah Nusantara dan Indonesia Tidak ada keterangan keterangan naskah sezaman yang memberikan keterangan langsung berkaitan dengan Malik Ibrahim. Keterangan keterangan yang ada, dalam hikayat atau babat justu memberikan keterangan yang jauh berbeda dengan inskripsi pada nisan Malik Ibrahim.

Di Gresik, Tokoh Tokoh Islam yang di kenal sebagai pembangun Gresik antara adalah Nyi Ageng Pinatih, dan juga keberadaan Sunan Giri dari Pasai, adalah serpihan serpihan cerita yang

harus di rekonstruksi ulang.

Untuk melengkapi uraian dari segi perspektif sejarah kita kembali mengurai berdirinya Pelabuhan Gresik menjadi Pelabuhan Islam Pertama dan terbesar di Pulau Jawa:

a. Pendirian Pelabuhan Gresik

Masyarakat Gresik dan Jawa, tidak menafikkan keberadaan Pelabuhan Gresik di Jawa berawal dari orang yang di anggap sebagai Syahbandar yakni Malik Ibrahim dan nama Nyi Ageng Pinatih.

Naskah Sezaman, catatan dinasti ming dan juga catatan Ma huan Ying Ya Sheng Lan (Pemandangan Indah di Seberang Laut) yang mengiringi Lawatan Laksamana Cheng Ho, memuat asal muasal tentang pendirian Pelabuhan gresik. Pada masa itu, dalam kunjungannya di tahun 1405 Ma Huan telah menyaksikan bahwa di Majapahit agama Islam sudah tersebar pula dan tidak sedikit orang Tionghoa yang sudah menganut agama Islam.

Ma Huan mengatakan bahwa di Gresik ada sebuah kampung baru yang dibangun oleh orang Tionghoa dan kepala kampungnya adalah orang Guangdong. Kampung baru itu telah menjadi satu pusat perniagaan yang ramai dikunjungi oleh orang pribumi untuk berdagang.

“Dari Tuban berjalan ke arah timur. Kira-kira setengah hari lamanya tibalah di Kampung Baru atau Gresik, nama yang disebut oleh penduduk asli. Daerah itu tadinya pasir gersang belaka.

Berkat dieksploitasi oleh orang Tionghoa yang datang dan menetap di situ, kemudian menjadi daerah yang disebut Kampung Baru, hingga kini kepala kampungnya orang Guangdong dan penghuninya lebih dari seribu keluarga.

Penduduk asli dari berbagai tempat berdatangan ke situ untuk berdagang emas serta macam-macam permata yang dibawanya banyak pembelinya.

Penghuni di kampung itu kaya-kaya. Dari Kampung Baru³¹ Daulah Shilihiyah, Taqiyuddin Muhammad, hal 132menuju ke selatan berlayar sejauh 20 li tibalah di Su Lu Ma Yi, nama yang disebut penduduk asli Surabaya.

Yang mengalir keluar di muara bandar itu adalah air tawar. Kapal besar tidak bisa masuk, harus memakai kapal kecil dan melaju sejauh 20 /i baru sampai di tempat tujuan.

Juga ada kepala kampung yang mengurus seribu lebih keluarga, di antaranya juga ada orang Tionghoa”.

Bandar Gresik merupakan titik penentu dalam jalur selatan Rempah dalam rantai distribusi perdagangan baik bagi orang orang muslim, maupun bagi dinasti Ming.

Gresik merupakan arus perdagangan besar ke Maluku, kemudian juga kembali ke Cina langsung tanpa melewati Malaka.

b. Shi Jin Qing dan kedua anaknya perempuannya.

Dalam catatan Sejarah, Laksamana Cheng Ho adalah seorang Laksamana Muslim. Di Jawa,

Namanya mahsyur juga sebagai seorang penyebar Islam dan merupakan keturunan dari Rasulullah juga. Walau demikian, catatan penyebaran Islam yang di lakukan Cheng Ho tidak pernah di dapatkan dalam catatan resmi Dinasti Ming. Dinasti Ming sendiri merupakan

Dinasti pemerintahan Cina yang paling dekat dengan orang orang Islam, sehingga sampai sampai banyak yang mempercayai bahwa kaisar Dinasti Ming telah beragama Islam.

Catatan Dinasti ming secara Resmi, mengungkapkan dalam hubungan dengan Kerajaan di Nusantara, yang paling awal harmonis dengan Laksamana Chengho Justru adalah Samudra Pasai, karena kesamaan dari segi islam. Sementara dalam kunjungan Muhibbah ke Jawa, justru Chengho sempat bermasalah dengan penguasa setempat karena prajuritnya mati terbunuh.

Dalam perjalanan di Palembang, Laksamana Chengho mendapat serangan yang di klaim sebagai “bajak laut” Chen Zu Yi. Ia adalah seorang buronan yang terlibat dalam pemberontakan Bendahara Dinasti Ming, Hu Wei Yong, yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 1380 yang memiliki kekuatan sebanyak 10.000 orang.

Chengho kemudian bisa mengatasi Hal itu karena mendapat pertolongan dari seorang muslim yang di kenal dan di sebut sebut dengan nama Shi Jin Qing. Atas jasanya Shi Jin Qing, juga angkat bertanggung jawab sebagai kepala pengamanan rute rempah dari Sumatra hingga ke Jawa dengan nama gelar pangkat ruan wei shi.

Bersamaan dengan itu, semua anak buah Laksamana Cheng Ho yang berjasa dalam memberantas bajak laut Chen Zu Yi juga mendapat hadiah yang berbeda-beda tingkatannya dari Kaisar Cheng Zu.

Kisah tentang bajak laut ini, diceritakan secara sedikit berbeda di dalam naskah Suma Oriental, Pires, mencatat, negeri Palembang memiliki raja Pagannya sendiri, yang merupakan taklukkan dari raja kafir di jawa. Setelah, Pati moor dari jawa mengangkat diri mereka sebagai penguasa di pesisir, mereka berperang dengan Palembang untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya mengambil alih wilayahnya. Palembang tidak memiliki raja, melainkan hanya pate³².

__________________

*³² Suma Oriental, hal 219

Laksamana Chengho rupanya memiliki aliansi dalam merubah peranan konstelasi Palembang, sehingga di mana 100 tahun kemudian Ketika era Raden patah demak berlaku, Palembang sudah menjadi bawahan dari Negeri Islam.

Ma Huan juga mengisahkan bahwa Shi Jin Qing telah diangkat menjadi syahbandar karena berjasa besar dalam menumpas bajak laut Chen Zu Yi Perlu di ketahui, dengan berbagai atribut ini artinya Shi Jin Qing adalah orang yang di beri kekuasaan untuk mengamankan Jalur rempah dari Sumatra hingga ke Gresik.

Kekuasaan ini di berikan melalui kekuasaan tiga kerajaan, yang pertama dari Sumatra, Kekuasaan kedua dari Jawa dan kekuasaan ketiga dari Cina. Shi jing qing dalam deskripsi catatan dinasti ming bukanlah seorang pedagang, namun dia bertanggung jawab penuh atas segala upaya sabotase komoditas rempah, ancaman bajak laut dan lain sebagainya.

Sehingga ini sebabnya Shi jin Qing memiliki otoritas dari ketiga kerajaan.

Setelah Shi Jin Qing meninggal, jabatannya tidak diwariskan kepada putranya, melainkan kepada putrinya, Shi Er Jie (Putri Kedua), dan undang-undang mengenai penganugerahan dan penghukuman, penghentian, dan penggeseran jabatan semua mengikuti ketentuan yang telah berlaku.

Putri sulung Shi Jin Qing, yang di Jawa disebut Nyai Gede Pinatih, adalah seorang Muslim yang telah menyumbangkan segenap jiwanya demi menyerbarluaskan agama Islam di Nusantara.

Nyai Gede Pinatih menjauhkan diri dari kedua saudaranya yang sedang memperebutkan warisan jabatan ayahnya dan akhirnya merantau ke Jawa.

Nyai Gede Pinatih ditempatkan di Gresik sebagai syahbandar. Nyai Gede Pinatih sangat berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Jawa Timur.

Raden Paku atau Sunan Giri yang berasal dari pasai, adalah salah seorang dari Wali Songo yang termasyhur, adalah anak angkatnya.

Yang telah mendapat asuhan dan didikan agama yang intensif dari Nyai Gede Pinatih³³.

Tidak ada keterangan langsung antara kematian Shi jin Qing yang di inskripsikan mati Syahid bergelar “patih” dengan keterangan pati moor Jawa perang dengan Palembang dalam waktu yang lama.

Namun pengakuan otoritas Nyi Ageng Pinatih dan saudaranya, baru terjadi sejak tahun 1425 dan formalisasi pembangunan Bandar Gresik, dimana catatan dinasti Ming ketika sebelumnya menyebut Palembang selalu memakai nama “Palembang Negeri Jawa” sebagai lanjutan dari negeri “Semboja” atau Sriwijaya, menjadi hilang sama sekali.

Dalam membaca nisan sebagai prasasti yang di keluarkan resmi oleh Kerajaan, maka keterangan keterangan ini akan menempatkan nisan nisan resmi yang di keluarkan oleh otoritas resmi pada masa itu tentunya, adalah akan memberikan nisan “terbaik”, “termahal” dan dengan gelar gelar resmi.

Keberadaan nisan mewah Cambay di Gresik ini tidak mungkin tidak mengacu kepada Pasai.

Dimana Gresik merupakan salah satu tempat menyalanya Islam otoritatif yang dilambangkan dengan panil “kande”. Cahaya Ilahiah.

Mengacu kepada hal ini, maka tidak mungkin tidak cerita tentang Shi jin Qing dan kedua putrinya mengacu kepada keberadaan tiga nisan cambay yang sejenis, yakni yang pertama Adalah Malik Ibrahim dengan tanggal kematian yang paling awal, kemudian Nisan

_________________

*³³ DARI RELASI UPETI KE MITRA STRATEGIS, 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok – Indonesia, Prof. Liang Liji

 

Malikah Nahrasyiah dengan tanggal kematian berikutnya, dan satu lagi, putrinya yang lain, yang menjadi Syahbandar Gresik yakni Nyi ageng pinatih, dimana inskripsinya belum selesai di pahat.

Dalam realita, Nyi Ageng Pinatih dari Jawa dan Malikah Nahrasyiyah menjadi penguasa di masing masing wilayahnya, satu di pasai dan Satu di Gresik, dimana dalam kedua inskrispinya tertulis kata kata suci artinya “ belum” atau “tidak menikah”.

Dalam tutur masyarakat Gresik, Nyi ageng pinatih, tidak memiliki anak dan anak angkatnya adalah Sunan Giri, yang berasal dari Pasai.

Catatan Babat Cirebon. Mengkait kaitkan antara Para wali songo, termasuk dinasti Malik Ibrahim, baik Maulana Malik Ibrahim asmarakandi, maupun Maulana Ibrahim sudah lama menetap di Pasai.

Sementara keterangan Malik Ibrahim berasal dari Campa, akan bermuara kepada Jeumpa, Biureun yang juga bagian dari Pasai pada Masa itu.

Catatan catatan Dinasti ming, tidak mengkonfirmasi tentang Shi Jing Qing yang di maksud adalah Malik Ibrahim ataupun Sultan Zainal Abidin, namun dari deskripsi yang di gambarkan dan dari catatan Pires kita bisa menyimpulkan bahwa Tokoh yang di bicarakan ini adalah Tokoh yang sama.

Inilah rekonstruksi Kisah Masuknya Islam Otoritatif Di jawa berdasarkan kajian Nisan Tipologi Cambay yang berada di Pasai dan Gresik.

 

– Di terjemahkan dari Asian Journal of engineering, social and heatlh Volume 2, No. 10 October 2023 – (1286-1311) p-ISSN 2980-4868 | e-ISSN 2980-4841. Dengan Judul

“MALIK IBRAHIM, THE FIRST ISLAMIC AUTHORITATIVE RULER IN THE LAND

OF JAVA, GUARDIAN OF SPICE ROUTE AND KNOWN AS WALISONGO”

Diunduh dari https://ajesh.ph/index.php/gp

Saat ini Sedang dilakukan upaya pembuatan buku untuk keterangan dan tulisan yang lebih bisa di konsumsi masyarakat luas.

Mohon doanya.

Mohon maaf atas segala kekurangan dan apabila kesalahan. Kami memohon ampunan yang sebesar besarnya dari Allah dan berharap keridhoannya semata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *