Media www.rajawalisiber.com – Mantra adalah semacam doa yang banyak dipakai pada masa Jawa Klasik. Pengaruhnya masih ada dalam tradisi spiritualitas orang Jawa hingga masa modern ini.
”Singgah-singgah kolo singgah” adalah penggalan lirik kidung atau mantra dalam bahasa Jawa Kuno yang berarti “Singgah-singgah, waktu singgah”. Lirik ini merupakan bagian dari doa atau permohonan perlindungan dari kekuatan jahat atau hal negatif.
Lirik ini sering digunakan dalam ritual atau sebagai doa untuk keselamatan dan perlindungan dari gangguan hal-hal negatif. “Singgah singgah kolo singgah” dalam bahasa Jawa memiliki arti “berhenti sebentar, waktu berhenti”.
Frasa ini merupakan penggalan dari kidung atau mantra Jawa yang berisi permohonan perlindungan dan keselamatan dari kekuatan negatif atau hal-hal buruk
Mantra ini sering kali digunakan sebagai permohonan perlindungan dari kekuatan jahat atau energi negatif. “Singgah – singgah kala singgah, jangan mendekat” adalah ungkapan agar kekuatan negatif tidak mendekat dan mengganggu.
Frasa seperti “Durgakala sumingkir” (semoga kekuatan jahat menjauh) dan “Kabeh pada sumingkira” (semoga semua kekuatan negatif menjauh) menunjukkan upaya untuk menolak atau mengusir energi negatif.
Mantra ini juga mencakup permohonan agar kekuatan negatif yang tidak kasat mata (sing atenggak, sing awulu, sing abahu) juga menjauh. Tujuan akhir dari mantra ini adalah untuk mencapai keselamatan dan kembali ke tempat yang suci dan aman.
Filosofi Jawa seringkali menekankan keseimbangan antara alam semesta dan manusia. Mantra ini dapat dilihat sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan tersebut dengan menjauhkan kekuatan yang dapat mengganggu.
Mantra “Singgah-singgah” sering digunakan dalam berbagai ritual, upacara adat, atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk perlindungan spiritual.
Penggunaannya mencerminkan kepercayaan masyarakat Jawa terhadap kekuatan supranatural dan pentingnya menjaga keseimbangan energi.
Secara keseluruhan, mantra “Singgah-singgah” bukan hanya rangkaian kata-kata, tetapi sebuah doa dan permohonan yang mengandung makna filosofis mendalam tentang perlindungan, keselamatan, dan keseimbangan dalam hidup.
Mantra “Singgah-singgah” dalam tradisi Jawa memiliki beberapa filosofi. Secara umum, mantra ini merupakan doa atau mantra tolak bala yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari kekuatan negatif atau bahaya.
Selain itu, mantra ini juga mengingatkan manusia untuk selalu mengingat dan menyembah Tuhan. “Singgah-singgah” juga bisa diartikan sebagai penghormatan atau penghargaan, baik kepada orang tua, leluhur, maupun nilai-nilai dan tradisi.
”Kidung Singgah-Singgah” is a Javanese song or hymn, particularly known for its use in the Bedhol Pusaka Satu Suro ritual in Ponorogo.