Sunan Kalijaga Sudah Memperingatkan Dalam Syair Kidung Rumekso Ing Wengi

Media www.rajawalisiber.com – Sastra Jawa tidak akan pernah habis untuk dikuliti. Salah satu diantaranya sastra Kidung Rumeksa Ing Wengi. Ini untuk menyampaikan tafsir mengenai bentuk, fungsi dan makna Kidung Rumeksa Ing Wengi.

Sunan Kalijaga merupakan Waliyullah yang tergabung dalam anggota dewan Walisongo. Beliau dikenal sebagai wali yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Selain menjadi Ulama’ ia juga menjadi penasihat keraton, seniman, dan arsitek yang ulung. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Wikipedia
“Kelahiran: 1450, Tuban, Meninggal: 1513, Kadilangu, Anak: Sunan Muria, Dewi Rakayuh, Nyi Ageng Ngerang III, Dewi Sofiah.
Orang tua: Tumenggung Wilatikta, Dewi Retno Dumilah
Pasangan: Dewi Saroh
Tempat pemakaman: Makam Sunan Kalijaga Demak, Demak
Cucu: Sunan Nyamplungan, Raden Ayu Nasiki, Ki Ageng Panjawi, Pangeran Santri”

 

Tafsir ini setidaknya dapat menambah referensi pengetahuan mengenai kajian sastra Jawa.

Data data serta referensi diperoleh dari naskah Jawa dan sumber yang mendukung analisis.

Hasilnya diperoleh bahwa Kidung Rumekso Ing Wengi menyampaikan kepada manusia agar senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka.

Selain memohon perlindungan dari kejahatan malam hari, makna lain yang di kandung Kidung Rumeksa Ing Wengi yaitu makna untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya terhindar dari kejahatan yang mengintai kita.

Kidung Rumeksa ing Wengi, karya Kanjeng Sunan kalijaga, berisi tentang tuntunan berdo’ a untuk memohon perlindungan kepada Tuhan.

kata “kidung” berasal dari bahasa Jawa Pertengahan dan mempunyai padanan dengan tembang atau sekar, bermakna ‘nyanyian‘ dalam bahasa Jawa baru. Bentuk verba kidung dalam bahasa Jawa Tengahan menjadi mangidung, ‘bernyanyi’.

Kidung dinyanyikan pada saat upacara adat dan agama, dimana makna dan isi dari kidung adalah pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Filsafat Jawa seperti halnya filsafat lainnya, pada dasarnya bersifat universal. Jadi filsafat Jawa meskipun dilahirkan dari hasil kebudayaan Jawa tetapi sebenarnya bisa berguna bagi orang-orang di luar Jawa juga. Meski bersifat universal, filsafat Jawa atau filsafat Timur pada umumnya memiliki perbedaan dengan filsafat Barat. Dalam filsafat Timur, termasuk juga filsafat Jawa tujuannya adalah untuk mencapai kesempurnaan, sementara filsafat Barat tujuannya adalah kebijaksanaan.

Dalam Kidung Rumeksa Ing Wengi dibahas tentang hal-hal yang bersifat keagamaan untuk memberikan pedoman bagi masyarakat Jawa dalam menghadapi datangnya jaman edan atau jaman kala bendhu dan kalatidha.

Jaman Kalabendu; (Kala: Jaman, masa; Bendu: marah; kalau dikatakan antuk bebenduning Pangeran, artinya mendapatkan amarah atau hukuman dari Allah. Mengapa Tuhan marah? Tentunya karena perbuatan manusia di dunia sudah melampaui batas, terlalu banyak melanggar hukum-hukum Allah).

Dalam “Sarine Basa Jawa”, Padmasukatja (1967) disebutkan “Kalabendu” sebagai jaman dimana kesusilaan manusia sudah rusak. Ada pengaruh “Bathara Kala disitu”.

Dengan pengertian seperti tersebut di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa dalam Kidung Rumeksa Ing Wengi mempunyai tujuan agar manusia dalam hidup di dunia ini harus selalu beriman kepada Allah.

Sebagai seorang Muslim dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh dengan gelombang, tidak merasa bimbang, tidak ragu-ragu menghadapi persoalan yang sedang dihadapi. Berpikir yang cerah, hati terasa tenang dan tentram, mempunyai pendirian yang kuat serta mempunyai sikap optimis dalam hidup. Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.

Ingatlah Allah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram ( QS.al-Ra’d:28 ). Tanpa keimanan dan kehidupan yang berdasarkan kepentingan duniawi semata, maka perbuatan manusia akan sia-sia.

Dibaca dari kata-kata bait pertama “Ana kidung rumeksa ing wengi” ( ada nyanyian yang menjaga di malam hari ), ternyata Sunan Kalijaga ingin menngajak umat Islam saat itu untuk membaca dan mengamalkan sungguh-sungguh Kidungnya ini demi keselamatan di malam hari.

Sebab dengan cara Kidungan niscaya mereka akan selamat dari berbagai macam kejahatan yang berasal dari jin., setan dan manusia yang menggunakan ilmu hitam.

Hal ini merupakan pemahaman atau penjelasan Sunan Kalijaga atas Surah al- Falag dan an-Nas. Selain beriman, yaitu untuk lebih fokus kepada kehidupan nyata ( menjadi manusia yang selalu waspada, legawa/ hati yang lapang ).

Dan yang terkhir yaitu hubungan manusia dengan Tuhan. Setiap perbuatan ditampakkan dengan sikap sabar, syukur dan pasrah kepada Allah.

Apabila ini dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat dikabulkan oleh Allah, dapat tercapai semua yang diinginkan. Red

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *