Media www.rajawalisiber.com – ”Gegaraning wong akrami”: secara harfiah berarti “pemicu pernikahan” atau “hal yang mendasari pernikahan”.
”Dudu bandha dudu rupa”: artinya bukan harta benda, bukan pula rupa (penampilan fisik).
”Amung ati pawitane”: artinya hanyalah hati (perasaan) yang menjadi dasarnya.
”Gegaraning wong akrami” dalam bahasa Jawa berarti “modal utama dalam berumah tangga” atau “prinsip dasar dalam pernikahan”.
Tembang Asmaradana “Gegaraning Wong Akrami” merupakan karya dari Raden Ngabehi Yasadipura I. Tembang ini sering dikaitkan dengan ajaran hidup berumah tangga dalam budaya Jawa, yang menekankan pentingnya modal non-materi seperti budi pekerti dalam membina keluarga.
Isinya menekankan bahwa keberhasilan membangun rumah tangga tidak ditentukan oleh harta atau penampilan fisik, melainkan oleh hati dan niat baik yang tulus dari kedua belah pihak.
Tembang Asmarandana, khususnya bait “Gegaraning wong akrami”, mengingatkan bahwa fondasi utama dalam pernikahan adalah hati yang bersih dan niat yang tulus, bukan kekayaan atau kecantikan.
Proses memilih pasangan hidup dan menjalani kehidupan pernikahan harus dilakukan dengan hati-hati karena kesalahan atau keberhasilan di awal akan berdampak panjang.
Tembang Macapat Asmarandana:
Tembang ini, yang termasuk dalam jenis macapat, menggambarkan perasaan cinta, kasih sayang, dan juga kesedihan. Dalam konteks pernikahan, ia menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga keharmonisan dan kebahagiaan dalam keluarga.
Filosofi Jawa:
Pesan moral dalam tembang ini sejalan dengan nilai-nilai luhur budaya Jawa yang menekankan pentingnya keikhlasan, kesabaran, dan saling menghargai dalam membina hubungan.
Penerapan dalam Kehidupan:
Pesan “Gegaraning wong akrami” relevan hingga saat ini. Ini mengingatkan bahwa membangun rumah tangga yang bahagia memerlukan lebih dari sekadar materi, tetapi juga cinta, komitmen, dan usaha bersama dari suami dan istri.
Intinya adalah bahwa kebahagiaan dalam pernikahan tidak ditentukan oleh kekayaan atau penampilan fisik, melainkan oleh keikhlasan dan kesetiaan hati.
tembang ini menegaskan bahwa pernikahan yang bahagia dan langgeng dibangun di atas dasar cinta kasih, kesetiaan, dan keikhlasan hati, bukan pada hal-hal material atau penampilan luar. Tembang ini sering dilantunkan dalam upacara pernikahan adat Jawa sebagai bagian dari nasihat untuk pengantin baru.
Talent: Paksi Raras @paksiraras
Kameramen: Amirullah @mynameis_amir, Artemius Besta @bestaarte
Editor: Gabra Mikael Arda @gabramikael
Admin: Alarik Putra @alarikputra
Designer Grafis: Fanikini @fanikini
Sound Designer: Jaeko Siena @jaeko_siena