Sumber Al Jazeera & International Press Institute
“International Press Institute Serukan Pada Pihak Berwenang Otoritas Israel Untuk Menghormati Kebebasan Press”
Media www.rajawalisiber.com – International Press Institute (IPI) mengecam penutupan biro Al Jazeera di Ramallah oleh Israel dan mengulangi seruannya kepada otoritas Israel untuk mengizinkan media melaporkan berita secara bebas di Israel, Tepi Barat, dan Gaza.
Pada pukul 3 dini hari tanggal 22 September, tentara Israel menyerbu kantor Al Jazeera di Ramallah selama siaran langsung, memerintahkan staf untuk pergi, demikian laporan jaringan tersebut . Para tentara tersebut menyampaikan perintah penutupan selama 45 hari kepada kepala kantor tersebut, Walid Omari. Otoritas militer Israel menuduh Al Jazeera melakukan “hasutan dan dukungan terhadap terorisme”.
Perintah penutupan ini menyusul meningkatnya pelecehan selama berbulan-bulan terhadap Al Jazeera dan para jurnalisnya. Pada bulan Mei, kabinet Israel dengan suara bulat memilih untuk menutup operasi Al Jazeera. Pada tanggal 5 Mei, Israel mulai memblokir siaran Al Jazeera, dengan alasan pelanggaran keamanan nasional dan menuduh media tersebut membantu Hamas. Dan awal bulan ini, pemerintah Israel mengumumkan rencana untuk mencabut semua izin pers yang sebelumnya diberikan kepada jurnalis Al Jazeera.
“IPI sangat prihatin dengan penutupan paksa kantor Al Jazeera di Ramallah oleh Israel”, kata Direktur Eksekutif Sementara IPI Scott Griffen. “Kami menyerukan kepada otoritas Israel untuk membatalkan tindakan kejam ini, yang secara serius merusak hak publik atas informasi, dan mengizinkan jurnalis jaringan tersebut untuk melaporkan berita secara bebas di Israel, Tepi Barat, dan Gaza.”
“Kasus ini bukan hanya menyangkut satu jaringan media. Kasus ini mencerminkan upaya yang lebih luas oleh otoritas Israel untuk membatasi kebebasan pers, termasuk menghalangi akses media ke Gaza. Tindakan Israel terhadap Al Jazeera menjadi preseden yang sangat bermasalah yang dapat diterapkan pada media internasional lain yang melaporkan hal yang bertentangan dengan keinginan otoritas. Kami sangat mendesak Israel untuk menghormati hak kebebasan pers Al Jazeera dan semua media yang meliput konflik ini.”
Israel telah membatasi secara signifikan kemampuan media internasional untuk bekerja dan meliput dari Jalur Gaza. Terdapat larangan hampir total bagi jurnalis internasional untuk memasuki Gaza, yang telah sangat membatasi informasi dan liputan tentang perang dari dalam Jalur Gaza. Sebuah petisi kepada otoritas militer untuk mengizinkan jurnalis asing meliput di dalam Gaza ditolak oleh Mahkamah Agung Israel pada Januari 2024. IPI telah berulang kali meminta Israel untuk mengizinkan akses media internasional ke Gaza dan memastikan keselamatan jurnalis.